Konten-rakyat, Palu – Profesor Sagaf S Pettalongi, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Palu, mengajak semua pihak di daerah tersebut untuk bersama-sama mewujudkan pemilihan umum 2024 yang aman dan damai.
“Mari kita bergandengan tangan dan bahu-membahu dalam menciptakan politik yang harmonis,” ujar Sagaf S Pettalongi, saat dihubungi dari Palu, Kamis.
Menurutnya, salah satu elemen penting dalam mewujudkan pemilu yang damai adalah para peserta pemilu dan pemilihan kepala daerah.
Para peserta pemilu diharapkan mengedepankan kampanye berbasis gagasan yang menekankan visi dan kualitas program, serta bagaimana membangun masyarakat yang maju, adil, dan sejahtera, tanpa politisasi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
“Karena Indonesia dan daerah kita memiliki keragaman agama, ras, suku, dan budaya,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa keragaman tersebut menuntut semua pihak untuk mampu mengelolanya guna memperkuat solidaritas, persatuan, dan kesatuan dalam konteks negara dan bangsa.
“Kita harus bersama-sama menuju masa depan yang lebih baik dengan damai dan penuh persaudaraan, menghasilkan pemimpin-pemimpin yang harmonis untuk Indonesia dan daerah kita,” tambahnya.
Rektor juga menambahkan bahwa di tengah tahun politik, potensi ketidakharmonisan akibat perbedaan pilihan politik masih ada. Politisasi agama, suku, dan budaya semakin sering dilakukan demi mendapatkan dukungan elektoral.
“Penggunaan politik identitas menjelang pemilu harus diwaspadai dan dikurangi agar persatuan umat tidak tercoreng,” ucap Sagaf.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah juga mengimbau seluruh pihak di daerah tersebut untuk mewaspadai penyebaran isu-isu provokatif mengenai suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam momentum pemilihan umum.
Asisten Bidang Pemerintahan Pemprov Sulteng, Fahruddin D Yambas, menjelaskan bahwa isu-isu identitas atau primordial cenderung disebarkan oleh kelompok-kelompok tertentu pada masa pemilu.
“Jangan terpancing oleh isu-isu atau informasi yang mengandung identitas SARA dalam pemilu, karena hal itu hanya akan memecah belah persatuan bangsa,” kata Fahruddin, terkait upaya membangun situasi yang aman dan kondusif pada pemilu 2024.
Ia menegaskan bahwa informasi provokatif yang berhubungan dengan identitas suku, agama, ras, dan antargolongan hanya akan memecah persaudaraan dan persatuan dalam kehidupan demokrasi.
Pihak terkait, termasuk KPU, TNI, Polri, dan organisasi lainnya, bekerja sama untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai politik identitas.
Tujuan dari hal ini adalah agar masyarakat dapat mengenali politik identitas dan tidak mudah terpengaruh oleh politik identitas tersebut, serta tidak terjebak dengan informasi yang bersifat SARA. ***